Pages

Powered by Blogger.

17.2.11

Masa itu

Entah mengapa akhir-akhir ini saya selalu ingat sama kehidupan saya di IC. Rasanya baru kemarin hidup selama tiga tahun disana. Dan sekarang ternyata sudah mau hampir tiga tahun lulus dari sana. Di sana bukanlah sekolah berasrama, tapi rumah. Dimana ketemu saudara-saudara yang banyak dan orangtua yang banyak pula.

Tak bisa dipungkiri bahwa saya pada awalnya menolak untuk sekolah di IC. Karena siapa sih yang mau tinggal berasrama yang nggak bebas? Bahkan sempat adu mulut sama Papa, diancam nggak bakal disekolahin kalau tidak sekolah di IC. Dan dengan begonya saya balas lagi dengan balasan yang bodoh banget
lebih bagus, kakak bisa nonton kartun di rumah
ternyata saat itu saya masih sangat childish sekali (sekarang juga sih masih agak).

Tapi akhirnya menerima untuk tes masuk dulu di IC karena di kasih macam-macam yang saya inginkan sama Papa. hehehe (dasar anak-anak)

Tesnya diadakan dua kali di kampus IC. di hari pertama kedapatan psikotest untuk pertama kali dalam hidup saya. Petanyaan yang aneh-aneh, ada yang gampang ada yang bingung, dll. Tapi paling capek saat di kasih kertas gede yang isinya angka semua trus dihitung satu-satu per baris. Panjangnya minta ampun. Dan saya masih ingat banget cowok di depan saya ngitung masih pake jari. padahal perhitungan yang gampang banget doang. Tapi yah panjang dan bolak balik lagi. Dan saya masih ingat dengan jelas saya nyisain 3 baris lagi untuk melengkapi kertas itu.

Tes hari kedua tes mata pelajaran. Dan demi apa pun juga saat itu saya belum tahu apa pun tentang bahasa arab yang merupakan salah satu ujian kala itu. Agamanya susah banget lagi, tidak seperti yang diajarkan di SMP (yah, saya emang tidak belajar juga sih buat tes itu)

Setelah tes itu saya setiap hari penasaran dengan hasilnya.

Akhirnya setelah berminggu-minggu hasiul tes itu diinfo-kan lewat koran. Dan Alhamdulillah saat itu saya lulus. Dan dapat peringkat ketujuh pula (nggak sombong ya). Dan saat itu di koran emang diurutkan berdasarkan perolehan IQ terbesar. Dan saya juga masih ingat peringat satunya Suci, dua Yudin (dia nggak ngambil IC tapinya), Lukman ke empat, Tya ke lima, enamnya lupa. 

Saat itu saya belum paham sistem IQ itu seperti apa. Saya cuma tahu Suci 135 (dia yg paling tinggi) dan saya 131. setelah duduk kelas 10 saya baru tahu IQ itu apa. 

oooooo.

Pengen hidup teratur lagi kayak di IC deh

No comments:

Post a Comment