Pages

Powered by Blogger.

27.4.11

Infinitum (2)

Malam adalah sahabat terbaik, terutama saat kesedihan telah tak terelakkan lagi, mengalir lembut, tipis dan tajam mengiris hati. Juga pada gelapnya yang hitamnya menyimpan begitu dalam rahasia.

Malam masih menyimpan banyak rahasia pada hitam gelapnya. Gelap yang menjadi tanda dari kisah yang begitu sulit terbaca pada hitam mataku. Untuk pertama kalinya dalam malam aku merasakan sebuah gelap. Dan untuk pertama kalinya dalam gelap itu aku menemukan titik yang lebih hitam lagi. Aku tidak ingin memikirkan malam, aku hanya ingin menjauh dari beberapa kemungkinan yang aku takutkan. Aku ingin tertawa, aku ingin bernyanyi, aku ingin tetap dalam sunyi, diam dan tentu saja, menangis. 

Tapi mengapa, titik hitam itu seperti sebuah rongga yang menampakkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih gelap lagi? Aku justru merasa hidup ini menjadi hidup justru karena adanya kemungkinan yang membayang sebagai sebuah ketakutan. Tidak semua mimpi adalah sesuatu yang kita inginkan dan tidak semua mimpi adalah sketsa keindahan. Realitas itu juga sebuah mimpi, kadang justru lebih mengerikan dari mimpi itu sendiri. Karena kehidupan yang menyajikan lanskap realitas yang buruk, setidaknya bagiku, justru akan mengandung kemungkinan yang lebih hitam atas datangnya mimpi yang lebih gelap.
Infinitum

No comments:

Post a Comment